Agustus 07, 2008

The Gifted Songs

Ini adalah beberapa lagu yang saya dapatkan dari hasil pergumulan dan doa saya.
Silahkan Klik pada Judul Lagu di bawah ini :

Besar KasihNya Kepada Kita


KasihMu Memulihkanku

Sang Singa Yehuda ( dari pengalaman akan sebuah penglihatan )


Dan Klik di sini untuk melihat Teks Lirik Lagunya.


Semoga menjadi berkat. Terpujilah Nama Tuhan. Haleluya !


Shena Re Kenihu

Juni 26, 2008

Adat Istiadat VS Firman Tuhan

Sudah beberapa waktu ini saya absen untuk 'mencurahkan' beberapa hal yang ada di benak saya di dalam Blog ini. Dan mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk kembali menuangkannya, dan membagikannya kepada pembaca sekalian.

Terus terang, hati dan pikiran saya sudah penat sekali, penat dengan beberapa masalah yang tengah saya hadapi, untuk itu perlu adanya 'pelampiasan', agar semuanya keluar, dan saya bisa kembali lega.

Masih ada hubungannya dengan judul yang saya buat di atas, kepenatan itu muncul karena sebuah peperangan yang berlangsung antara Kubu Adat dengan Kubu Firman Tuhan, dimana keduanya sedang menunjukkan eksistensi kekuatannya di hadapan saya, termasuk dalam kehidupan yang saya jalani.

Jika anda membaca sekilas tentang profil saya, mungkin anda dapat menggambarkan bagaimana posisi saya. Ya! Saya adalah seorang pendatang. Saya anak rantau. Dan itu artinya, saya tidak sedang berada di tanah kelahiran saya. Artinya saya saat ini menghadapi sebuah dunia yang baru, adat, budaya, bahasa, pemikiran, gereja, dan banyak hal yang baru lainnya.

Bukan hal yang mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Mungkin kisah tentang perantauan saya ini bisa dibuatkan sebuah buku (dan saya terpikir untuk itu), karena memang begitu banyak hal yang terjadi. Ada yang mendebarkan, menakutkan, menyenangkan, menggelikan, menyedihkan, dan ekspresi-ekspresi lainnya untuk menggambarkannya. Dan jujur saja, saya belum sepenuhnya berdamai dengan lingkungan yang ada, saya belum dapat masuk 100 % dalam budaya dan adat istiadat itu sepenuhnya. Karena selain begitu kompleksnya adat yang baru ini, juga karena dalam diri saya masih mengalir darah budaya saya yang asli, dari tanah kelahiran saya.

Namun itu tidak menjadi masalah bagi saya. Saya suka dengan hal yang baru, dan saya suka mempelajarinya. Karena itu akan memperkaya wawasan saya, terutama mengenal watak dan karakter oranglain dengan latarbelakang budaya dan adat yang berbeda.

Yang menjadi masalah adalah ketika saya mempelajari adat istiadat tersebut, ada beberapa hal yang menurut saya tidak lagi sesuai dengan apa kata Tuhan dalam Alkitab. Dalam hal ini, saya menggunakan Firman Tuhan sebagai referensi kebenaran Kristen untuk membandingkannya.

Dan tidak hanya itu, kadang sangat jelas, bahwa sebagian adat istiadat memang terang-terangan bertentangan dengan Firman Tuhan, namun sebagian besar orang yang memiliki adat tersebut masih memakainya, padahal orang tersebut mengaku bahwa dirinya adalah Pengikut Kristus (Kristen). Saya tidak perlu menyebutkan detail contoh nyatanya, karena bukan itu yang esensi dari apa yang saya maksudkan dalam Postingan ini.

Intinya adalah, bagaimana kita menempatkan adat istiadat terhadap Firman Tuhan yang telah kita dengar?

Jika memang kita mengaku Kristen, seharusnya Kehendak dan Perintah Tuhan yang tertulis dalam Alkitab menjadi yang terutama. Firman Tuhan seharusnya menjadi pedoman kehidupan di atas pedoman-pedoman yang lain. Namun dalam prakteknya, ternyata justru Adat istiadat menguasai segala sisi kehidupan. Jika adat itu memang sesuai dengan apa kata Firman Tuhan, tidak menjadi masalah, tapi jika bertentangan, maka akan menjadi sebuah masalah.

Saya mempelajari adat istiadat yang baru ini dari berbagai sisi. Bahasa, Tata tertib upacara adat, pedoman tingkah laku, silsilah dan hubungan keluarga, sampai filsafat dan pemikiran-pemikiran orang-orang yang menggunakan adat itu. Dan begitu banyak yang harus dipelajari, dan semuanya membutuhkan usaha dan kerja keras, dengan harapan saya dapat berdamai dengan adat yang ada. Dan saya bisa 'feels like home'.

Namun setelah sekian lama saya mempelajarinya, ada beberapa sisi yang benar-benar bertentangan dengan budaya, pemikiran, hati nurani saya dan terlebih dengan Firman Tuhan. Dan tentu saja saya tidak berniat untuk mengikutinya. Keputusan saya ini berujung pada resiko yang akan saya hadapi, saya tidak akan bisa diterima 100% di adat dan budaya itu. Saya akan tetap dicap sebagai 'orang luar' atau 'tamu'.

Dan saya menjadi mengerti mengapa sebagian orang tetap mempertahankan adat istiadatnya yang sebenarnya tidak lagi sesuai dengan Hukum Tuhan. Ya, jawabannya adalah, agar mereka dapat diterima 100% menjadi orang 'anu'. Kita tahu 'Penerimaan' adalah kebutuhan pokok manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam Alkitab pun diceritakan hal yang sama, seperti kisah orang-orang Israel yang dibuang di Babel, mereka tetap mengandalkan adat yang telah mereka anut, dan melupakan Tuhan.

II Raja-raja 17 : 38 - 41, "Janganlah kamu melupakan perjanjian yang telah Kuadakan dengan kamu dan janganlah kamu berbakti kepada allah lain, melainkan kepada TUHAN, Allahmu, kamu harus berbakti, maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan semua musuhmu." Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka berbuat sesuai dengan adat mereka yang dahulu. Demikianlah bangsa-bangsa ini berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah juga kepada patung-patung mereka; baik anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka melakukan seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka, sampai hari ini."

Dan apa yang terjadi? Tuhan marah atas semuanya itu.

Tuhan Yesus sendiri mengecam orang Farisi dan Ahli Taurat, yang lebih mengutamakan adat istiadat nenek moyang daripada Firman Tuhan. Matius 15 :1-9, " Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."

Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.

Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya.

Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.

Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Tuhan Yesus sangat keras dalam hal ini, mengingat adat istiadat mereka sudah melekat kuat, sehingga Firman Tuhan pun ikut terabaikan.

Dan inilah yang sedang saya alami dan saya saksikan. Saya sedang melihat sebuah permasalahan, dimana adat sangat diutamakan. Namun justru hal itu membuat Kasih yang murni dalam Kekeluargaan menjadi luntur, dan sangat beresiko terjadinya perpecahan. Bahkan orang/ individu yang sedang bermasalah ini sudah merasa bahwa ia bukan lagi bagian dari keluarganya. Mengapa? karena dia tidak mau mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya.

Tentu hal ini sangat berat bagi orang itu. Saya sebagai pihak yang memperhatikan dan tidak secara langsung terlibat dengan persoalan itupun merasa sangat prihatin. Keluarga sendiri, darah dagingnya sendiri, menolaknya hanya karena sebuah adat istiadat yang tidak sesuai lagi dengan Kasih yang diajarkan Tuhan. Sedemikian parah kah itu?

Ya! saya sangat penat, berada di situasi ini. Dikelilingi oleh aturan2 manusia, yang seolah baik namun justru mengikat dan menghalangi Kasih Kristus yang bekerja. Semakin dia melekat kuat dengan adat, justru semakin bengis. Manusia itu sangat mudah melontarkan dakwaan-dakwaan, dan menjahtuhkan orang yang melanggar adatnya, tidak peduli dia itu saudara atau bukan.

Sungguh mengerikan. Namun ini benar-benar terjadi. Dan saya saat ini sedang menyaksikan secara langsung, dimana seorang anggota keluarga dipojokkan habis-habisan karena dia melanggar adat istiadat yang berlaku, sementara dia tidak melakukan yang buruk, sehingga pantas untuk dijatuhi hukuman atau tuduhan2 yang benar-benar diluar Kasih Kristus. Dia hanya melakukan kesalahan kecil. Ya mungkin, kesalahan kecil itulah yang memicu sebuah ketakutan yang berlebihan keluarga besarnya akan dilecehkan atau menjadi omongan orang. Yang jelas, tidaklah sebanding dengan apa yang dilakukannya. Perlakuan semacam itu bukanlah perlakuan orang yang mengenal Kristus, meskipun dia mengaku bahwa dia adalah PengikutNya.

Saya juga melihat beberapa hal lain yang kurang 'pas', yang jelas, adat istiadat sudah berkuasa atas Firman Tuhan, bukan sebaliknya.

Jadi demikianlah menjadi sebuah pertanyaan untuk kita semua, dimanakah kita menempatkan adat istiadat yang kita miliki setelah pengenalan kita kepada Kristus?


Sudah sedikit melegakan....

Shena Re Kenihu

April 29, 2008

‘The right man in the right place’

Anak Onta (AO) sedang berbincang dengan induknya (IO) :
AO : Ibu, kenapa sih leher kita panjang?
IO : karena tanaman di gurun itu kan tinggi, kalau leher kita pendek, gak nyampe donk nak.
AO : lalu kenapa punggung kita ini ada punuknya?
IO : itu untuk menyimpan perbekalan kita, karena di gurun kita sulit mendapatkan makan dan minum.
AO : trus kenapa bulu mata kita panjang?
IO : karena di gurun banyak pasir, jadi kita perlu melindungi mata kita.
AO : ooooo.... Jadi leher kita panjang, untuk mencari makanan di gurun. Punuk kita untuk menyimpan makan dan minum selama di gurun. Bulu mata kita untuk melindungi mata kita dari pasir gurun. Betul begitu?
IO : Betul sekali nak.

AO : Lalu kenapa kita ada di kebun binatang ya bu??

Seberapapun dahsyat dan luar biasanya talenta, kemampuan, karunia yang Tuhan percayakan kepada anda, tidak akan berfungsi dan maksimal jika anda tidak berada pada posisi dan lokasi yang tepat.

Jadi :

  1. Kenali apa saja perlengkapan yang Tuhan berikan kepada anda.
  2. Ketahui apa yang menjadi tujuan Tuhan atas hidup anda.
  3. Penuhi panggilang hidup anda tersebut.

Efesus 4:1,”Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”

Tuhan tidak akan salah memilihkan perlengkapan kita. Tuhan tidak akan salah menunjukkan tujuan pada kita. Kesalahanyang berakibat masalah muncul saat kita tidak menurutiNya. Menanam padi memang bisa dikerjakan oleh penanam singkong. Tapi jika ada penanam padi, alangkah konyolnya jika penanam singkong tetap ngotot di situ.

Ketidaktepatan fungsi dan posisi itulah yang sering menyebabkan konflik (penanam singkong adu argumen ttg menanam padi), dan tidak berkembangnya talenta (kemampuan menanam singkong tidak teraplikasi dengan tepat). Dan kebosanan seringkali muncul setelah semua itu.

Jika kita masing-masing ada pada rel-nya dengan benar, maka kita akan sungguh-sungguh saling melengkapi. Tuhan sudah memberikan perlengkapan yang dahsyat kepada anda, ITU PASTI ! Tuhan sudah memberikan tujuan yang dahsyat pada anda, ITU PASTI ! Mari tanggapi semua itu dengan tepat. Selamat menjadi diri anda. God Bless

Chandra Firmantoko

Carilah JanjiNya dan Pegang itu !

Jika ada pihak yang selalu tepati janjinya, apakah anda akan percaya kepadanya? Jika pihak itu janjikan sesuatu hal yang baik bagi anda, maukah anda pegang janji itu? Jika pihak itu janjikan suatu HAL BESAR yang tidak mungkin bisa anda dapatkan sendiri, maukah anda lakukan HAL KECIL yang dimintanya?

Pihak yang super baik itu bukanlah khayalan. Dia nyata, dari dulu sampai sekarang , dan sampai selamanya. Dia sudah janjikan banyak hal luar biasa buat kita. Hal-hal yang merupakan solusi atas masalah-masalah kita. Hal-hal yang bisa membuat hidup kita mengalami terobosan. Tidak salah kalau hal-hal yang dijanjikannya itu kita sebut sebagai anugerah.

Tuhan sudah lakukan yang menjadi bagianNya. Dia membuat ‘Birith’ dan ‘Diatheke’ (lihat artikel tentang 'Perjanjian') dan Dia menepatinya. Satu contoh : Dia berjanji di Kejadian 3 :15, dan Dia tepati di Yohanes 3:16 . Begitulah cara kerja Tuhan, Dia bekerja melalui ‘perjanjian’. Dia membuatnya, lalu menepatinya. Itu adalah bagianNya. Lalu apa bagian pekerjaan kita?

Ada 2 hal yang menjadi bagian yang perlu kita kerjakan menanggapi Janji-janjiNya :
1. PERCAYA bahwa janji itu pasti ditepati. Tidak ada alasan untuk tidak percaya, karena Dia sudah terbukti selalu tepati janjiNya
2. LAKUKAN hal kecil yang Dia minta. Misal Mat 6:33-34. Ada yang Dia minta, supaya apa yang dijanjikanNya menjadi nyata.

Ya, janji gak bisa cuma sekedar diketahui dan diingat. Tapi juga harus dipercaya bahwa janji itu akan menjadi nyata. Jika Tuhan janjikan kesembuhan (Yesaya 53:5), maka Dia sudah sediakan itu di Sorga. Kita harus beriman janji itu benar-benar nyata. IMAN harus dimiliki bukan hanya saat percaya Yesus, melainkan di setiap saat kita mendapatkan janji-janjiNya.

Bagaimana kita bisa mendapatkan apa saja yang dijanjikanNya untuk kita? Daftar segala perjanjianNya ada dalam sebuah buku yang bernama Alkitab. Berdoalah untuk pergumulan ayng sedang anda hadapi. Carilah apa yang Tuhan janjikan tentang pergumulan anda. Pegang janji itu (baca : Percaya, dan Lakukan bagian anda)

Tuhan lebih mau menolong manusia daripada keinginan manusia untuk mau ditolong oleh Tuhan. Karena itulah Tuhan yang berinisiatif membuat ‘Birith’ dan ‘Diatheke”, yang akan membuat kita hidup dalam KINGDOM. Carilah janjiNya untuk kehidupan anda. Pegang (percaya dan lakukan) janji itu. Jadilah setia terhadap perjanjian itu.

Chandra Frimantoko

Maret 15, 2008

Sebuah Perjanjian

Pernah tahu kenapa kata Perjanjian sangat dihormati di dalam Alkitab? Perjanjian di dalam Alkitab ditulis dalam 2 kata, dalam bahasa Ibrani ditulis dengan kata ‘Birith’ sedang dalam bahasa Yunani ditulis dengan kata ‘Diatheke’. Apa itu ‘Birith’ dan ‘Diatheke’?

‘Birith’ artinya mengikat dan memotong. 2 Hal yang bertentangan tho? Tapi itulah perjanjian. Dalam sebuah Perjanjian (bisa juga dibaca Komitmen) selalu ada yang diikat dan dipotong antara pihak-pihak yang melakukan Perjanjian. Ketika Bapa berjanji untuk mengikat kita sebagai ‘Anak’, Dia memotong atau menyembelih Anak Domba Allah, sebagai tanda Perjanjian itu berlaku.

Bagaimana dengan ‘Birith’ dalam komitmen antar manusia? Ketika seseorang berkomitmen atau mengikuti perjanjian dengan orang lain, pasti ada sesuatu dalam hidupnya yang akan ‘diikat’ dan ada bagian dalam hidupnya yang akan ‘dipotong’. Jadi bersiaplah!

Kita dapat melihat ‘Birith’ di Mazmur 50:5 dan Yeremia 34:18. Tapi kalau prakteknya bisa kita lihat di kejadian 17:1-27. Tanda Abraham ‘mengikat’ perjanjian dengan Allah adalah dengan ‘memotong / sunat’.

Bagaimana dengan ‘Diatheke’ ? Diatheke berarti ‘satu pihak saja yang bertanggung jawab melaksanakan semua ketentuan’ atau ‘memberi warisan’. Dari kata ‘diatheke’ lahir kata ,’diatithemi’ yang artinya ‘pembuat wasiat’. Kata-kata ini dipakai dalam Bahasa Ibrani 6:17-18 dan Ibrani 9:15-17.

Galatia 4:7 menyatakan bahwa kita adalah ‘Ahli Waris Allah’. Tapi kita harus ingat bahwa ‘Diatheke’ sebagai ahli waris tidak akan pernah berlaku kalo si pembuat wasiat (diatithemi) tidak ‘mati’ lebih dulu. Kematian Yesus di kayu salib adalah perjanjian yang sepenuhnya dilakukan oleh Yesus sendiri (diatheke) supaya perjanjian untuk kita menerima warisan bisa berlaku, karena si pemberi warisan telah mati (tapi Dia akan bangkit lagi).

Akhirnya kita tahu bahwa pola kerja Allah adalah bekerja dalam Perjanjian. Dia adalah Allah atas perjanjian. Semua yang ada di dalam Alkitab adalah Perjanjian (baik Birith maupun Diatheke). Bersyukurlah karena Dia terlebih dulu melaksanakan perjanjian-Nya (diatheke) atau yang biasa kita kenal dengan ANUGERAH.

Adhiatmo - Komunitas Semarang

Dari Budak menjadi Ahli Waris

Mari kita belajar tentang arti kata 'anak Allah' dalam Alkitab.

Dalam Yohanes 1:12 diaktakan: " Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." Jadi, saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, predikat kita berubah dari 'Budak' diangkat menjadi 'Anak'. Tentu saja status kita berubah dari orang yang dihukum menjadi orang yang berhak menerima warisan.

Tapi ternyata tidak semua anak 'begitu saja' langsung mendapatkan Warisan (hak-hak sebagai anak untuk menggunakan otoritas Kerajaan Sorga) ketika dia percaya. [nb] Kecuali mengenai keselamatan, karena keselamatan adalah anugerah yang langsung kita terima begitu kita bertobat.

Anak tetap mempunyai hak, tapi hak itu diberikan ketika kita menadi dewasa dalam Tuhan (Lihat Galatia 3:29 dan Galatia 4:1-2). Bahasa keren-nya mengalami 'Akil-balik'.

Akil balik adalah Prinsip yang dipakai untuk menerangkan pengertian 'anak Allah' dengan benar.
Kata 'anak Allah' dalam bahasa aslinya ditulis dengan 2 kata yang berbeda, yaitu : 'Teknon' dan 'Huios'. Apa arti 'Teknon' dan 'Huios' itu?

Anak Allah 'Teknon' artinya anak yang belum akil balik atau belum dewasa. Pengertiannya sama seperti bayi yang baru lahir atau bayi. Dia belum bisa ditanya nama dan belum terlihat karakternya.

Jadi Teknon mempunyai ciri :
  • Masih Labil (kehidupan rohani yang naik-turun)
  • Melakukan segala sesuatu jika ada 'concrete authority' (Perintah yang dipaksakan) atau bisa dikatakan belum bertanggung jawab.
  • Mentalitasnya lebih suka menerima daripada memberi.
  • Lebih suka diberkati daripada memberkati.
Kata 'Teknon' dipakai dalam Yohanes 1:12 ,"Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Teknon), yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." Jadi saat kita percaya Yesus kita langsung menjadi 'anak', tapi kita masih seperti seorang anak kecil/bayi.

Kita masih labil dan seringkali jatuh bangun dalam dosa. Mentalitas 'Teknon' masih lebih banyak meminta berkat daripada memberi. Itulah mengapa kita harus segera menjadi 'Huios'. Bagaimana dengan 'Huios'?

'Huios' adalah kata yang dipakai untuk anak Allah yang berarti Putera/Anak yang dewasa/bertanggung jawab. 'Huios' dipakai dalam Roma 8:19, "Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan." Ketika dunia ingin melihat seperti apakah 'anak-anak Allah' itu? Sebenarnya yang ingin dilihat adalah 'Huios' (Anak-anak yang dewasa) bukan 'Teknon'.

Orang percaya 'Huios' adalah orang yang memperlihatkan karakter 'Bapa'nya, yaitu karakter Allah sendiri. Ingat peristiwa baptisan Yesus," Inilah Anak-Ku (Huios) yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan."

Lalu apa hubungan antara 'Teknon' dan 'Huios'? Ya jelas, kita jangan cukup puas dengan status sebagai 'Teknon', tapi harus terus BERTUMBUH menjadi 'Huios', karena 'Teknon' tidak menggunakan semua potensi kita sebagai pewaris hak-hak Kerajaan Surga. Dan siapa 'role model' kita? Ya! Yesus tentunya, karena Dia adalah Putera Allah (Huios). Roma 8:29, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."

Jadilah Huios ! amen

Adhiatmo - komunitas Semarang

Februari 27, 2008

Inti Paradigma Gereja ( bagian 2 )

Fungsi Dasar Gereja menanggapi Karya PenebusanNya ( Apa fungsi keberadaan Gereja setelah Tuhan Yesus melepaskan manusia dari belenggu dosa dan mengundangNya masuk ke Kerajaan Tuhan ? )

Setelah kita mengetahui secara sederhana bagaimana Tuhan hendak memulihkan hubungannya dengan manusia yang saya jabarkan pada Bagian 1, maka saat ini saya ingin menyampaikan mengenai Gereja dan Fungsinya.

Gereja itu apa ?

Gereja sudah menjadi sesuatu hal yang sangat umum yang sangat sering kita dengar. Namun tidak ada salahnya kita kembali menggali apa sebenarnya Gereja itu. Secara hurufiah Gereja berasal dari kata igreja (Bahasa Portugis). Kata ini berasal dari kata ekklêsia (Bahasa Latin) yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil). Jadi ekklesia berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini). Namun secara umum gereja berarti sekelompok orang yang mengaku dirinya Kristen yang terikat dalam ikatan Kasih Persaudaraan. Dan Gereja saat ini menjadi sebuah tren untuk menamakan sebuah gedung yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Kristen ini untuk melakukan ibadah, dengan sebuah Organisasi yang menaunginya, dimana di situ terdapat sebuah Struktur Organisasi yang mengaturnya. Dan banyak orang-orang Kristen sudah terbiasa dengan hal ini.

Tetapi pada hakekatnya, kita harus melihat Gereja dari sejarahnya. Dalam Perjanjian Baru bahkan tidak ditemukan kata Gereja secara gamblang. Lalu bagaimana Gereja sekarang menjadi sebuah pokok utama di tengah komunitas Kristen?Untuk menandakan keberadaaan dirinya, menyatakan identitasnya sebagai orang-orang yang mau mengikut Kristus, dinamailah kelompok Kristen ini dengan Gereja. Sedangkan Tuhan menyebutnya dengan JemaatKu atau umatKu. Demikian juga dengan Kristen, kata ini disebut pertama kali untuk menamakan jemaat di Anthiokia, yang mengaku bahwa mereka mengikuti Ajaran Yesus.

Gereja menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam komunitas Kristen sejak saat itu. Berbagai pemikiran, ideologi, dan pemahaman bermunculan mengenai idealisme sebuah Gereja.

Perkembangan Gereja

Sejak terbentuknya Gereja untuk pertama kali di jaman Rasul-rasul sampai keberadaan Gereja saat ini, begitu banyak terjadi perubahan-perubahan. Kita bisa melihat dari berbagai sumber mengenai Sejarah Gereja dan perkembangannya. (Anda bisa melihat contohnya di sini).

Jika kita teliti secara cermat, terjadi kenaikan dan penurunan 'kualitas' Gereja.

Penurunan yang paling puncak terjadi ketika Di abad ke-16, ketika Paus Leo X memulai sebuah proyek pembangunan Basilika yang membutuhkan dana yang besar. Paus Leo X memberikan wewenang kepada pastor Johann Tetzel untuk memberikan pengurangan dosa atau penghapusan dosa (indulgensi) berupa Surat Indulgesi kepada mereka yang menyumbang dana untuk pembangunan Basilika. Wewenang inilah yang menjadi pemicu konflik antara Marthin Luther dengan Gereja yang mengesahkan jual beli Surat Indulgensia atau surat penebusan dosa kepada jemaat pada masa itu, dimana dosa jemaat Gereja akan dihapuskan/dikurangi apabila membeli Surat Indulgensia tersebut untuk menyumbang Gereja.

Jelas ini merupakan penyimpangan Kekristenan yang sangat parah. Dimana pengampunan dosa bisa didapat hanya dengan membeli Surat Indulgensia. Dan ini berarti Gereja pada masa itu mengalami penurunan kualitas yang paling parah. Mengapa ini bisa terjadi?

Karena iblis tidak ingin manusia mengikuti undangan Tuhan. Campur tangan kuasa gelap yang merasuki pikiran-pikiran orang-orang dalam Gereja, membuat Gereja mengalami penurunan. Mereka ingin merusak Gereja.

Namun Puji Tuhan, Dia juga tidak tinggal diam, Dia-pun campur tangan untuk memulihkan Gereja kembali kepada jalurnya. Bahkan sampai saat ini, perseteruan antara iblis dan Tuhan untuk memenangkan Gereja masih berlangsung. Tuhan senantiasa memperbaharui dan mencoba untuk membawa Gereja tetap pada 'JalurNya', sementara iblis mencoba menghalang-halanginya bahkan tidak segan-segan mencerai beraikan, merusak, mematahkan Gereja, menyamarkan Tujuan Gereja, dan menyibukkan Gereja dengan hal-hal yang tidak perlu. Iblis sangat benci terhadap Gereja yang berajalan di JalanNya.

Gereja masih dalam tahap pemulihan untuk bisa tetap pada Jalurnya sampai sekarang ini. Gereja masih terus di-reformasi dan di-restorasi sampai pada penyempurnaannya nanti. Jadi jangan puas dengan keberadaan Gereja saat ini, karena Gereja belum sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus terbuka terhadap pemulihan dan pembaharuan itu.

Lalu apakah Jalur atau Misi atau Panggilan atau Kodrati sebuah Gereja yang sebenarnya? (Apa Fungsi Keberadaan Gereja di tengah dunia?)

Sebuah pertanyaan yang mendasar terhadap keberadaan Gereja. Untuk apakah Gereja (kelompok orang percaya) itu harus hadir di dunia? Apa tugasnya? Apa yang menjadi tujuan utamanya?

Matius 28:19-20, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Di dalam ayat inilah terkandung semua Tugas Gereja, dari sinilah semua misi, pergerakan, motivasi, dan fungsi Gereja itu bersumber.

Ya! Gereja ada untuk menyampaikan Kabar Sukacita itu kepada semua orang, terutama mereka yang belum mendengar tentang Kabar Sukacita bahwa Tuhan Yesus, Sang Penebus, telah datang, untuk menebus dosa manusia, Ia menjemput 'mempelainya' untuk diajak masuk ke KerajaanNya dan menjadi permaisuriNya.

Sebab Kabar Sukacita itu belum terdengar oleh semua orang. Banyak orang yang masih belum percaya akan kebenaran Kabar itu, banyak orang masih ragu apakah 'Kekasih Hati' mereka telah datang menjemput? Untuk itulah Gereja ada.

Gereja yang berarti sekumpulan orang-orang percaya yang sudah percaya akan Kedatangan Sang Penebus, yang sudah meyakini bahwa Kabar itu benar-benar nyata bukan sekedar kabar burung atau isapan jempol, harus bergerak cepat untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Peristiwa KedatanganNya untuk menebus dosa memang hanya disaksikan oleh Para Rasul dan orang-orang pada masa itu. Karena Tuhan tidak bisa lama-lama di bumi, Dia harus menyiapkan tempat untuk kita semua yang mau percaya dan mengikut Dia. Dia pulang ke Sorga untuk membuatkan bagi kita tempat yang baru, yang jauh lebih baik daripada dunia ini. Namun Kabar itu harus tetap tersiar sampai ke ujung bumi, sampai semua orang di muka bumi ini mendengar akan kabar baik itu. Jadi Tuhan menyampaikan pesanNya kepada murid-muridNya (Matius 28:19-20), kepada GerejaNya semua. Dia juga memberikan Roh Kudus untuk menyertai Gereja dalam mengemban Tugas-Nya itu. Jadi selama mengemban tugas itu, gereja harus selalu bertanya kepada Tuhan, agar tugasnya bisa dilaksanakan dengan tepat sesuai KehendakNya.

Gereja mengemban tugas yang sangat mulia, dan inilah BLUE PRINT Gereja :
-Menyampaikan Kabar Sukacita itu kepada semua orang
-Meyakinkan orang yang belum tahu dan belum percaya bahwa Kabar itu benar adanya
-Mengajak orang-orang itu untuk bergabung dengan orang-orang yang sudah percaya
-Mengesahkan orang-orang itu untuk menjadi Warga Negara Kerajaan Tuhan dengan tanda Babtisan yang adalah 'Tiket' untuk bertemu dengan Sang Penebus yang akan mengajaknya tinggal bersama di dunia yang baru.
-Memelihara orang-orang dan dirinya sendiri (gereja) supaya tetap memiliki 'Tiket' itu sampai mereka 'tiba di rumahNya'
-Mengutus orang-orang yang sudah percaya kepada orang lain untuk menyampaikan juga Kabar Sukacita itu.

Sangat sederhana bukan pemahaman ini?

Jadi kesimpulannya, apabila Gereja yang ada sekarang belum menyadari, atau belum menjalankan akan Tugas Utamanya, maka sebelum waktunya usai, Gereja harus membenahi dirinya.

Bagaimana dengan Gereja yang ada sekarang?

Melihat kenyataan yang ada sekarang, jika kita jujur mengakui, Gereja yang sudah ada belum sepenuhnya memahami akan Tugas Utamanya. Gereja kadang menjadi terlalu sibuk dengan organisasinya dan program-programnya. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membahasnya, samapai akhirnya tidak tepat sasaran. Organisasi itu acap kali menjadi sebuah 'benang kusut' yang menghambat pelaksanaan Tugas Utama Gereja yaitu Amanat AgungNya. Gereja menjadi sebuah birokrasi yang kadang menghambat orang-orang yang belum tahu, yang belum percaya, yang belum mengerti akan Kabar Sukacita itu untuk memutuskan diri mengikuti Yesus.

Sampai disini, saya tidak pernah membahas mengenai Agama dan Organisasi Gereja. Namun pesan tentang Kabar Sukacita itu sudah tersampaikan kepada anda bukan? Apakah artinya ini?
Ya! Tuhan juga tidak pernah membicarakan soal Agama dan Organisasi Gereja yang menjadi denominasi yang terjadi saat ini, sebab itu bukanlah hal yang utama. Yang utama adalah agar Kabar itu tersiar, dan oarng yang mendengarnya menjadi percaya dan terpelihara. Dan justru Agama dan denominasi menjadi senjata yang menghalangi pelaksanaan Amanat Agung. Kita diutus Tuhan untuk menyampaikan tentang diri Yesus, dan kedatanganNya. Bukan untuk menyampaikan tentang Agama dan denominasi Gereja. Agama dan denominasi adalah ciptaan manusia, dengan maksud agar segala sesuatu yang berhubungan dengan pencarian Tuhan tidak menjadi kacau. Tapi ternyata kebanyakan malah benar-benar membuat kacau.

Sebenarnya semuanya itu sangat sederhana, namun kadang manusia (karena campur tangan iblis juga) membuat semuanya menjadi rumit dan berkelit-kelit, sehingga Tugas UtamaNya sebagai 'Pembawa Kabar' menjadi terlupakan. Bahkan lebih parahnya, manusia menjadi 'sulit' untuk bertemu secara langsung dengan Tuhan Sang Kekasih, karena mereka dikondisikan untuk melewati perantara-perantara lagi.

Terkadang Organisasi menciptakan sebuah birokrasi yang rumit, yang membuat jemaat 'awam' untuk datang kepada Tuhan sangat sulit, bahkan benar-benar tidak bertemu langsung. Mereka hanya mendengar saja, tanpa meyakini dan mengalamiNya sendiri (memang Tuhan saat ini tidak hadir di bumi, tapi karena Kuasanya , Dia bisa menyatakan diriNya kepada manusia secara langsung! Manusia bisa bertemu Tuhan secara langsung saat ini) Hal ini terjadi, karena organisasi-organisasi merasa 'takut' akan kesalahpahaman orang-orang awam dalam mengenal Tuhan-nya. Mereka kuatir terjadi kesesatan, mereka merasa perlu ada orang-orang yang ditunjuk secara khusus, untuk belajar secara khusus mengenai Tuhan (theology) dan membayarnya (dengan maksud agar mereka mengabdi secara penuh kepada Gereja) untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan jemaatNya.

Tetapi Tuhan menginginkan bertemu secara langsung! Tanpa ada perantara lagi! Tanpa sms atau lewat telpon, apalagi surat-suratan! Ia ingin, manusia bisa merasakan kehadiranNya, mengalami sentuhan lembutNya dan pelukan kerinduanNya! Jangan halangi kerinduanNya yang sudah sangat memuncak untuk bertemu kekasihNya, yaitu manusia, terutama mereka yang masih terbelenggu, terkurung dalam kurungan iblis yang nyaman tapi penuh kepalsuan itu.

Ingat ketakutan tidak ada dalam kamus kekristenan. Tuhan sudah berpikir ke depan akan kondisi jaman ini, dimana manusia bisa saja tertipu oleh kabar-kabar dusta dari iblis dan pengikutnya, maka Dia mencurahkan Roh Kudus kepada umatNya untuk menuntunnya. Apakah manusia lebih jago daripada Roh Kudus dalam soal pengenalan akan Tuhan? Apakah manusia sanggup melawan sendiri dengan kekuatannya segala tipu muslihat iblis? Sudah banyak terbukti manusia tidak sanggup. Tetapi Roh Kudus memampukannya.

Organisasi dan atribut-atributnya yang dibuat manusia semestinya menjadi alat bantu, bukan penghalang. Organisasi harus bisa menjadi fasilitator jemaat untuk benar-benar bisa berjumpa, dan mengalami hubungan yang dekat dengan Tuhan sendiri. Organisasi yang dibuat jangan menjadi sebuah 'kurungan' yang baru, sehingga orang-orang yang belum mengenal Kristus tidak merasa sulit, atau merasa asing, atau merasa tidak nyaman berada di dalamnya.

Inilah yang sering terjadi, orang-orang yang belum percaya dan belum mengenal Tuhan bukannya diajak untuk mengenal Tuhan secara pribadi, tapi dipaksa untuk mengikuti aturan-aturan organisasi itu dengan dalih supaya bisa mengenal Tuhan dengan benar. Dan pada akhirnya orang-orang itu bukannya mengenal Tuhan secara pribadi, namun mengenal denominasi dan organisasi serta atribut-atributnya yang kadang sangat rumit. Sehingga mereka tidak bertumbuh, mereka mendapatkan pemahaman yang salah tentang kekristenan dan tentang Tuhan Yesus sendiri. Mereka merasa cukup puas dengan sekedar hadir di tengah organisasi itu. Tanpa ada pengertian bahwa mereka menjadi anggota Gereja yang seharusnya melakukan Amanat Agung itu. Tanpa ada komitmen dari diri sendiri untuk mengikut Tuhan. Tujuan dan Fungsi dasar keberadaan Gereja akhirnya terlupakan


Gereja seharusnya menjadi rumah yang hangat, tempat dia belajar, tempat dia berbagi, tempat dia dibekali pengertian-pengertian tentang Kekristenan yang benar sesuai tuntunan Roh Kudus. Tempat dia bisa bertanya dan mendapatkan jawaban yang tepat, tempat dia merasa tidak sendiri dan dipedulikan. Tempat dia menyatakan engkaulah saudara dan saudariku kepada yang lain. Tempat dia dikuatkan dan akhirnya bertumbuh dalam Iman yang kuat.

Gereja menjadi tempat dia untuk mengenal siapa Tuhan, mengalami KasihNya, merasa benar-benar bertemu secara pribadi dengan Tuhan Sang Kekasih yang telah mengundangnya. Dan menjadi yakin bahwa Tuhan benar-benar nyata dalam kehidupannya, sehingga ia menetapkan diri untuk hidup dalam kekristenan. Gaya hidup nya diperbaharui, dan meninggalkan cara hidupnya yang lama yang penuh kesia-siaan. Dia menjadi pribadi yang bertumbuh dan akhirnya menghasilkan buah, dan pergi kepada yang lain juga, untuk menyampaikan Kabar itu.

Jadi mari sejenak kita melihat kembali yang sudah ada, sudahkah Kehendak Tuhan terjadi atas GerejaNya? Sudahkah tugas yang diberikanNya pada gerejaNya itu dijalankan dengan maksimal? Jika itu belum, maka mungkin belum dapat disebut sebagai Gereja.

Mari kita terbuka untuk pemulihan Tuhan terhadap GerejaNya.

Tuhan Memberkati saudara!

Shena Re Kenihu








Inti Paradigma Gereja ( Bagian 1)

Ini adalah sebuah wacana, yang saya rangkum secara singkat dari berbagai sumber, berbagai pemikiran, berbagai ide, dan hal-hal yang pernah saya dengar - Bagian 1 -

Diawali dengan Kisah Adam di Taman Eden

Mari kita melihat kembali kisah pencipataan manusia pertama. Jika kita teliti, Tuhan menciptakan alam semesta dengan FrimanNya. Dia cukup menyebutkan terang, maka jadilah terang, Dia cukup menyebutkan daratan, maka jadilah daratan. Namun ketika Dia menciptakan manusia, Dia harus turun tangan, dengan penuh perhatianNya, Ia membentuk manusia dari debu tanah, dan kemudian menghembuskan nafas kehidupan melalui hidungnya. Sungguh sebuah peristiwa yang menunjukkan betapa Tuhan sangat memperhatikan manusia, dan Ia sangat menyayangi manusia. Bahkan sampai manusia dibentuk menurut GambaranNya, seperti DiriNya sendiri.

Artinya manusia menduduki tempat paling istimewa dibanding makhluk apapun di seluruh jagad raya ini di hadapan Tuhan Sang Pencipta. DitaruhNyalah roh dan jiwa yang meliputi emosi, kehendak dan perasaan, di dalam tubuh manusia. Supaya manusia itu memiliki kehendak bebas dalam menentukan pilihan hidupnya dan mampu memikirkan bagaimana ia menguasai bumi dan seisinya.

Setelah Adam hadir di muka bumi, Tuhanlah yang menjadi penuntun hidupnya. Dia mengajari Adam akan segala sesuatu yang ada di bumi. Tuhan begitu sayang kepada Adam, Dia menciptakan sebuah Taman yang indah untuk tempat tinggal Adam. Hubungan mesra antara Tuhan dengan Adam benar-benar nyata. Bahkan Dia juga memberikan seorang teman penolong bagi Adam, yaitu Hawa. Adam dan Hawa menjadi sebuah Keluarga, yang memiliki hubungan yang sangat erat dan mesra dengan Tuhan. Sampai suatu ketika, karena pilihan dan kehendak manusia itu, manusia itu harus terpisah dari Tuhan karena terjatuh dalam dosa. Dosa membuat manusia menjadi kotor dan najis, karena itu mereka diusir dari Taman Eden dan menutup lokasi Keberadaan Pohon Kehidupan dengan menempatkan Makhluk-makhluk Sorga untuk menjaganya. Ya, manusia sejak saat itu, sudah kehilangan hubungan yang mesra dan istimewa dengan Penciptanya.

Tuhan menginginkan hubungan dengan manusia yang mesra itu kembali.

Ketika manusia jatuh dalam dosa, dia berada di bawah kekuasaan iblis. Mereka tidak dapat lagi bersama-sama dengan Tuhan. Iblis sudah merebut Otoritas Kerajaan itu. Itulah strategi iblis sejak awal. Ia ingin menghancurkan manusia ciptaanNya, karena mungkin merasa sakit hati dengan Tuhan setelah dijatuhkan ke bumi. Ia memakai segala cara agar CiptaanNya yang sangat berharga itu hancur dan mati. Sementara Tuhan juga tidak rela apabila manusia mati dalam cengkeraman iblis, Ia menginginkan manusia itu kembali kepadaNya. Bahkan ia rela turun ke bumi menjadi wujud manusia untuk mengambil manusia dari cengkeraman iblis. Meskipun dengan harga yang sangat mahal, yaitu darahNya sendiri harus tertumpah. Namun ternyata, keinginan dan kerinduan Tuhan itu tidak sia-sia, sebab iblis sudah melepaskan manusia, ia tidak punya daya untuk membelenggu manusia lagi dalam jerat maut. Sebab maut sudah dikalahkan oleh Yesus dengan kebangkitanNya.

Merupakan sebuah Misteri antara Tuhan dan iblis dalam memperebutkan manusia. Yang jelas manusia sudah ditebus. Manusia yang seharusnya menjadi budak iblis karena kejatuhannya dalam dosa, sudah dibeli oleh Sang Penebus. Ya! manusia sudah bebas.

Dan sekarang semua keputusan ada di tangan manusia. Manusia bebas memilih. Apakah mau memilih ikut Tuhan dengan segala perjuangan, kesusahan, jerih payah, aniaya, dan kesakitan di dunia dengan janji kehidupan kekal yang pada akhirnya , dan yang kita tahu bahwa itu adalah nyata terjadi setelah kehidupan di bumi , atau mengikut iblis dengan segala kenikmatan dunia, kekayaan, kehormatan, kesenangan yang fana, meskipun mendapatkan kematian kekal pada akhirnya?

Yang jelas, dunia ini bukan tempat yang dijanjikan Tuhan untuk manusia. Dunia menuju kepada kehancuran, karena dunia sudah sangat kotor dan rusak. Tuhan ingin memberikan manusia sebuah tempat yang jauh lebih baik bernama Langit dan Bumi yang baru (Wahyu 21-1-8), yang bebas dari segala macam penyakit, kenajisan, dosa, kekotoran, kesedihan akibat dosa dan kuasa iblis. Namun demkian, ia menjanjikan sebuah tuntunan, dan penyertaan, agar manusia bisa melewati segala perjuangan, sakit aniaya, selama hidup di dunia. Karena manusia yang memilih mengikut Tuhan akan ditolak oleh dunia, dan harus memikul salibnya.

Dan sebaliknya iblis memberikan janji-janji kenikmatan dunia ini. Kemewahan, kesenangan, hawa nafsu, kekayaan materi, kehormatan, kuasa di bumi, yang sangat nyaman dan menyenangkan, namun berusaha menutup-nutupi kenyataan bahwa iblis dan pengikutnya setelah kehidupan di dunia akan dimasukkan ke neraka selama-lamanya.

Manusia seringkali terkecoh, dan tidak sadar. Mereka banyak yang tertipu oleh bujuk rayu iblis akan kesenangan dunia. Mereka lupa bahwa Tuhan tidak memberikan itu semua, karena semuanya akan lenyap.

Sekali lagi Tuhan sangat ingin, sangat rindu, dengan hasaratNya yang terdalam, untuk mendapatkan kembali sebuah hubungan yang mesra seperti kisah di Taman Eden, dimana Tuhan menjadi pemimpin manusia, Tuhan secara langsung berbicara kepada manusia tanpa perantaraan apapun, Tuhan menginginkan manusia menjadi mempelai perempuanNya.

Kedatangan Tuhan Yesus memulihkan hubungan itu, bersukacitalah !

Ya! Sebuah kabar yang sangat membahagiakan bagi manusia, Tuhan menginginkan hubunganNya dengan manusia dipulihkan. Ia menginginkan sebuah perjanjian damai, berapapun hargaNya, Ia mau bayar, karena begitu besar cintaNya kepada manusia. (Yoh 3:16). Ia menginginkan hubungan mesra itu lagi.

Kita bisa membayangkan seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, terpisah begitu lama, sang wanita tidak dapat berbuat apa-apa karena ia dikurung dalam rumahnya yang mewah oleh orang tua tirinya, dia tidak dapat mencari sang pria. Sementara sang pria kemudian bertekad untuk mencari wanita ini, apapun harga yang harus dibayar, ia mau membayarnya, meskipun dia harus mati, asalkan ia bisa mengobati kerinduannya untuk bisa bertemu dengan sang wanita. Tanpa melalui telpon, atau sekedar SMS, tanpa melalui surat atau sekedar kabar terdengar, tapi benar-benar bertemu untuk kemudian dipeluk dalam Pelukan yang hangat dan Mesra, dan kemudian dilamar dan menjadi pendamping hidupnya di rumahnya.

Demikianlah kerinduan Tuhan itu sebenarnya. Tuhan Yesus sudah datang ke dunia, Dia sudah mengadakan negoisasi dengan iblis untuk menebus manusia dari kurungan iblis. Manusia sepenuhnya telah lunas dibayar. Namun ia akan benar-benar bebas jika ia mengenali dan menerima sang penebus.

Masuk akal bukan? Tentu Sang Penebus tidak akan mengijinkan manusia yang menolakNya untuk ikut menjadi penghuni Kerajaan yang baru. Bagaimana manusia bisa menghuni Kerajaan yang baru apalagi menjadi mempelai Sang Raja, apabila mereka tidak menerima Sang Penebus yang menebus dirinya, mereka menolak penebusan itu, mereka memilih tetap tinggal dalam cengkeraman iblis yang nyaman?

Bagaimana manusia bisa mendapatkan kehidupan kekal, kenikmatan kekal, dan menjadi mempelai Raja, kalau ia sendiri tidak mau meninggalkan dunia? Bagaimana itu bisa terwujud, jika Tuhan Yesus yang sudah datang , capek-capek, bahkan harus mati lagi, kemudian mentah-mentah ditolak?

Jika kita sebagai manusia mengalami seperti itu, pasti akan sangat sedih dan kecewa. Kekasih yang dirindukannya menolak dia. Padahal dia sudah mau datang dari jauh, capek, bahkan harus mati, namun pada akhirnya ditolak?

Jadi kita mesti sadar kedatanganNya itu adalah bukti KerinduanNya yang besar kepada manusia. Kita harus menyambutNya, menerimanNya dan memutuskan untuk melepaskan diri dari 'kurungan' kita yang nyaman tapi palsu untuk mengikutiNya. Meskipun pada awalnya kita akan berjalan dengan penuh perjuangan menuju KerajaanNya itu untuk menjadi mempelaiNya.

Tirai Bait Allah sudah robek, tidak ada lagi halangan datang kepada Tuhan !

Ada sebuah kejadian saat Penyaliban Yesus di kayu salib, yaitu bahwa Tabir Bait Allah robek dari atas ke bawah. Konon menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa tabir/tirai itu setebal kurang lebih 30 cm, agar tabir/tirai tersebut tidak mudah terbuka sehingga manusia tidak dapat melihat apalagi masuk dengan mudah ke dalam Ruang Maha Kudus di Bait Allah.

Apakah artinya? Ya! Ini berarti sudah tidak ada lagi penghalang antara manusia dengan Tuhan. Kurungan itu sudah dibuka lebar-lebar. Sebab ruangan yang biasa dipakai untuk membakar korban tebusan dosa bagi umat Israel pada masa itu oleh Imam Besar sudah tidak dipakai lagi, karena Tuhan Yesus telah menyerahkan dirinya menjadi Korban Penebus Dosa untuk semua manusia, sekali untuk selama-lamanya. (Ibrani 9:1-28). Manusia sudah dibayar penuh,sekali untuk selama-lamanya dan dia berhak untuk melepaskan diri dari kurungan dosa.

Tuhan sudah membuka tabir itu, Dia sudah membayar lunas semua harga untuk menebus manusia, tinggal keputusan manusia, apakah dia mau keluar dari kurungan dosa yang nyaman bagi daging itu untuk menemui Sang Penebus dan mengikutiNya, atau tidak?

Hari ini, sekarang ini , detik ini, ketika anda membaca tulisan ini, saya beri tahu kepada saudara bahwa anda sudah ditebus, anda bisa menemui Kekasih anda lagi, dan mengikutiNya untuk dijadikan MempelaiNya.

Anda sudah diundang untuk masuk ke dalam KerajaanNya. Sekarang adalah keputusan anda, mau atau tidak? MengikutiNya dengan sedikit perjuangan yang diperlukan untuk sampai ke tempat kediamanNya, atau tinggal saja dengan nyaman di kurungan dunia ini, dengan menikmati sofa hangat, kopi nikmat, kekayaan, hawa nafsu, kenyamanan, yang semuanya itu akan hancur? Terserah anda sekarang! Silakan tentukan pilihan ! Dan anda diberi waktu untuk memilih selama anda hidup di dunia ini, enak bukan?






Kampanye Anti Rokok
































































































Ini adalah poster-poster Anti Rokok, yang bisa anda download ;

Jika anda ingin mengetahui lebih lagi soal kampanye anti rokok, silakan kunjungi link-link
di bawah ini :

STOP MEROKOK
Blog -STOP MEROKOK
Kesaksian-STOP MEROKOK

Mari kita dukung Kampanye STOP MEROKOK

Februari 20, 2008

Bagaimanakah kehidupan Gereja rumah itu ?

Selama ini sudah banyak terbentuk gereja rumah-gereja rumah di berbagai kota di Indonesia seperti di Surabaya, Solo, Klaten, Jogjakarta, Salatiga, Bandung, Jakarta, Medan dll. Dalam Kehidupannya Gereja Rumah memiliki aktivitas-aktivitas yang menonjol seperti ditelaah dalam Kitab Perjanjian baru :

1 "Meating"

... Perjanjian Baru mencatat hal ini mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati" (Kis 2:46). Agaknya hal ini merupakan pengalaman sehari-hari. Makan adalah tujuan utama dari pertemuan mereka. Paulus berkata, "Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain" (1Kor 11:33). Makan merupakan hal yang penting dalam perluasan Kerajaan Allah. Waktu Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua (Luk 10:1-8), Yesus menasihati mereka untuk mencari orang yang cinta damai, serta "makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu". Dan dalam acara makan ini terdapat sebuah hubungan cinta kasih yang hangat dan intim, di sana bisa terjadi hubungan timbal balik, sharing, cerita, berdoa dan lainya

2.Saling mengajar, menegor, dan menguatkan

Kehidupan “saling” menjadi dasar dalam Gereja Rumah, dan yang pasti itu semua harus didasarkan pada Firman Tuhan, karena itulah inti sebuah Pengajaran. Kehidupan ‘saling’ yang sehat ini mampu menciptakan interaksi yang efektif dalam membangun sebuah karakter menjadi Seperti Kristus, sekaligus menjadi sarana agar tiap anggota gereja atau individu merasa menajdi bagian dalam gereja itu, merasa dilibatkan, merasa diperhatikan dan merasa memiliki gereja itu ( Feels like Home ) yang juga sangat dibutuhkan oleh orang Kristen yang baru bertumbuh.

3. Membagi berkat materi dan rohani

Orang Kristen Perjanjian Baru membagikan kedua hal ini dalam Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat materi dan berkat rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama .... Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis 4:32-35). Orang Kristen sadar bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Waktu orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa pun yang mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya, masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari mereka mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga. Setiap orang punya sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu setiap orang dapat melayani orang lain. Hal ini membuat setiap orang sanggup menghargai dan menghormati saudara seiman yang lain.

4. Berdoa bersama

"Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis 2:42). Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di sorga. Itu sebabnya, setiap kali orang Kristen berkumpul, mereka akan saling mendoakan, mendoakan pemerintahan, berdoa bagi perdamaian, datang ke hadapan Allah dengan permohonan dan ucapan syukur, berdoa bagi orang-orang yang membenci mereka, melakukan pengusiran setan dan berdoa untuk kesembuhan. Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita, Ia mendorong kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (Luk. 11:4). Dalam sebuah keluarga yang saling membagi kehidupan, tidak ada kesalahan yang disembunyikan dalam waktu lama. Sebuah keluarga memiliki fasilitas untuk memantau dan mempertanggungjawabkan kehidupan masing-masing secara sehat. Seperti itu pula, Gereja Rumah sebagai sebuah keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa. Dalam Yakobus 5:16 ditulis: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Pada saat orang saling mengaku dosa di hadapan orang lain dan saling mengampuni (Kol 3:13), dalam budaya mana pun, mereka berhenti menjadi orang munafik, mematahkan kuasa dosa yang tersembunyi dalam hidup mereka. Mereka mengakui kebutuhan mereka akan kasih karunia dan pengampunan. Mereka bertobat, bukan karena ingin menghindar dari konsekuensi dosa, melainkan karena merasa malu atas apa yang telah diperbuatnya. Hal ini juga akan menegakkan kembali sebuah disiplin gereja (jemaat) yang sehat dan alamiah, seperti yang dikenal oleh gereja pada masa Perjanjian Baru.

Kehidupan dalam Gereja Rumah juga diperlengkapi dengan jawatan-jawatan seperti dalam Efesus 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus”. Kelima Jawatan yaitu Rasul, Nabi, Gembala, Pengajar,dan Penginjil dikaruniakan Tuhan pada setiap Orang Percaya untuk memperlengkapi Pelayanan dalam gereja, yang harus difungsikan agar kehidupan gereja terutama dalam hala Pelayanan benar-benar berjalan secra efektif, karena semua individu difungsikan, tidak ada lagi yang namanya pengkotak-kotakan organisasi gereja, seperti gembala, majelis, dan anggota biasa, penatua, karena semuanya berperan aktif, dan tidak ada istilah Pemimpin ( Sistem Pastoral ), semua sejajar dan hanya Tuhan yang memimpin. Sebenarnya kelima jawatan itu dikaruniakan Tuhan pada stiap orang-orang percaya, namun ketika individu itu membaur dalam gereja, ada satu jawatan yang menonjol untuk memperlengkapi gerejanya, dan hal itu terjadi oleh Karunia Tuhan atas jemaat.

Dari ulasan di atas kita melihat sebuah paradigma baru mengenai gereja, tidak melulu di sebuah gedung, berpakaian rapi, beribadat dengan urutan tertentu, di hari minggu. Gereja adalah kehidupan kita dalam keluarga Kristus selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dimanapun dan kapanpun kehidupan itu harus selalu tampak. Semua individu harus berperan aktif dalam kehidupan Gereja tidak hanya satu orang saja yang memimpin, dan harus ada hubungan timbal balik, bukan hanya searah dalam hal pertumbuhan Gereja itu sendiri. Hal ini juga menghindarkan kemunafikan yang terjadi dalam gereja sekarang, menjadi Krsiten hanya kalau di Gedung Gereja pada hari Minggu, diluar itu menjadi manusia biasa. Kita adalah Gereja Tuhan, mempelaiNya yang sedang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Sang Mempelai Laki-laki, mari kita bergerak bersama-sama dengan Dia, Berdoa dan Berjaga-jaga. Tuhan memberkati saudara dan saya sekarang dan selama-lamaNya.


Shena Re Kenihu
(dari berbagai sumber)




Apakah Gereja Rumah itu?

Apakah Gereja Rumah Itu?

Gereja yang sebenarnya bukan berbicara tentang sebuah Gedung, Organisasi, Liturgi dan atribut-atribut Gereja yang masih menjadi Paradigma bagi sebagian besar orang Kristen. Seperti dari asal-usul katanya Gereja berarti adalah sekumpulan orang-orang yang Percaya kepada Tuhan, namun perlu diingat bahwa ‘sekumpulan’ itu tidak hanya sekedar berkumpul tapi ada sebuah kehidupan di situ. Tuhan melalui FirmanNya dalam Alkitab telah memberikan Konsep tentang sebuah Gereja yang seharusnya dan juga kehidupan yang seharusnya terjadi di sebuah Gereja. Di Kitab Kejadian 1 : 28 disebutkan,”Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu… Tuhan mengisyaratkan tentang konsep beranakcucu, dari situ kita aplikasikan dalam kehidupan kita adalah sebagai sebuah Keluarga.

Dalam sebuah keluarga secara ideal terdapat ayah ibu ( orangtua ) dan juga anak, yang memiliki sebuah hubungan kasih yang mempersatukannya. Tapi dalam konsep sebuah Gereja, bukan berarti individu-individu dalam Gereja itu harus memiliki hubungan darah, melainkan hubungan Kasih Persaudaraan yang erat seperti dalam sebuah keluarga. Hal inilah yang telah banyak hilang dan dilupakan pada organisasi gereja saat ini. Gereja lebih mengacu kepada acara rutin, liturgi, organisasi dan tata ibadah yang kadang terlalu banyak diatur oleh manusia. Dan banyak kejadian yang seharusnya tidak terjadi dalam sebuah Gereja karena gereja lebih memperhatikan mengenai Tata Ibadah, Organisasi, Liturgi dan semua yang mengatur Gereja. Bukankah Gereja itu seharusnya dipimpin oleh Tuhan sendiri, termasuk kehidupan yang di dalamnya?

Marilah kita melihat kehidupan Gereja Mula-mula yang terdapat dalam Kisah Para rasul 2 : 42 – 47, Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Inilah Kehidupan Gereja yang sangat murni dan inilah Gereja yang sesungguhnya, terlihat jelas dalam ayat-ayat ini hubungan antar Gereja dengan Tuhan, dan hubungan di dalam Gereja itu begitu erat, penuh kesehatian dan penuh Kasih.

Sekaligus dalam ayat yang ke 47 disebutkan mengenai Visi dan Misi Gereja itu sendiri, yang juga disebutkan dalam ayat yang lain yaitu di Matius 5:13,14,16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi... Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Yang pertama adalah menjadi garam dan terang dunia, dan yang kedua adalah terdapat dalam Efesus 1 : 23, Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Dan pada Yohanes 15 : 18 ,” Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.". Jelas sudah bahwa Gereja sebenarnya memiliki Visi dan Misi keluar untuk menjadi Terang dan Berbuah, mengabarkan kabar kesukaan Kepada semua orang seperti pada Matius 28 : 19-20,” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Tanpa melupakan pembentukan Karakter dalam Gereja itu sendiri sehingga menjadi serupa dengan Kristus.

Memang pada dasarnya Organisasi, Tata Ibadah, Liturgi itu diciptakan manusia agar kehidupan ibadah Gereja itu berjalan secara teratur , namun yang kerap kali terjadi adalah bukan menjadi teratur tetapi malah kacau, karena gereja sibuk memikirkan masalah-masalah organisasi, tata ibadah, liturgi, birokrasi, yang seharusnya itu tidak terjadi pada sebuah gereja yang sebenarnya. Selain itu fleksibilitas dan ruang gerak Gereja menjadi sangat terbatas karena banyaknya batasan-batasan yang dibuat. Seperti konsep tentang Agama.

Agama diciptakan oleh manusia agar manusia tidak kacau, tetapi justru sekarang yang kita lihat dengan banyaknya agama di dunia, berbagai macam masalah muncul karena agama, karena setiap orang percaya bahwa agama yang dianutnya itu dapat menyelamatkannya. Ingat bahwa tidak ada satupun agama di dunia yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya selain karena Kasih Karunia Tuhan Yesus. Sekalipun itu adalah Agama Kristen. Karena Agama adalah Cipataan manusia, dan segala usaha manusia tidak ada yang mampu menyelamatkan manusia itu sendiri untuk selamat atas dosa-dosanya. Kita bisa melihatnya dalam Roma 3:23-24, Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Dan pada Efesus 2:8,”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. “ Kristen sejati bukanlah Agama melainkan Gaya Hidup yang berkenan pada Tuhan.

Demikian juga dalam sebuah gereja, pada akhirnya segala sesuatu yang diciptakan manusia tidak ada yang sempurna dan berjalan dengan baik, termasuk konsep ‘pengaturan-pengaturan’ dalam Gereja yang diciptakan manusia. Jika Gereja adalah milik Tuhan, maka dia juga harus diatur oleh Tuhan, dan dimanakah aturan-aturan itu?yaitu pada setiap FirmanNya yang terdapat dalam Alkitab, yang jelas adalah Wahyu Perkataan Tuhan kepada manusia. Jelaslah bahwa Gereja itu Dari Tuhan, Oleh Tuhan dan Untuk Tuhan.

Kita melihat dalam kehidupan sebuah keluarga ada hubungan yang sangat indah di sana, hubungan kasih persaudaraan, mereka saling mengenal, saling memperhatikan, saling menghormati, saling membangun, saling menegur, saling menguatkan, saling mendoakan, saling melindungi. Inilah yang menjadi dasar kehidupan gereja rumah, dimana gereja diarahkan untuk kembali ke identitas yang sesungguhnya seperti pada kehidupan jemaat mula-mula.

Mengapa disebut Gereja Rumah? Disebut gereja rumah selain memang yang sering terjadi dalam aktivitasnya bergerak di rumah-rumah, juga karena rumah identik dengan kehidupan sebuah keluarga. Mari kita bersama-sama melihat ‘kekuatan’ sebuah keluarga atau boleh dikatakan sebuah komunitas kecil yang erat dibandingkan kekuatan Gereja organisasi. Dalam permainan anak kecil suit tangan memeperlihatkan kalau jari kelingking mampu megalahkan ibu jari, di sini saya mengibaratkan sebuah keluarga atau komunitas kecil yang erat itu sebagai seekor Tikus, dan sebagai pembandingnya adalah komunitas besar ( organisasi gereja ) yang diibaratkan sebagai Gajah. Dari habitat tempat hidupnya terlihat kalau Gajah hanya dapat ditemukan di daerah yang cukup luas dan terpisah dari manusia, sedangkan tikus mampu hidup di mana saja bahkan di gorong-gorong tanah sekalipun, dia tidak memerlukan tempat yang cukup luas untuk hidup. Kita dapat melihat juga dari cara bertarung. Misalkan seekor Gajah seberat 2,5 ton menghadapi Tikus tikus yang banyak, yang kalau ditotal semua beratnya sama 2,5 ton, bedanya Gajah hanya seekor, sementara tikus-tikus itu bisa ratusan bahkan bisa berjumlah 2500 ekor bila seekornya katakanlah beratnya adalah 1 kg. Apa jadinya kalau mereka diadu? Saya yakin pasti menang tikus-tikus itu, karena jumlah mulut untuk menggigit lawan sangat banyak, tikus-tikus itu bisa menyerang dari segala arah, apalagi dengan jumlah ribuan. Mari kita melihat dari kemampuan makan, saya yakin juga seekor Gajah seberat 2, 5 ton itu pasti porsi makanannya lebih sedikit dibanding dengan beratus-ratus ekor tikus yang berat semuanya sama 2,5 ton.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana kekuatan sebuah komunitas kecil itu. Dia tidak memerlukan tempat khusus untuk kehidupannya, ia bisa hidup di mana saja, di rumah, di pasar, di taman, di mall, di terminal, di tempat kumuh, di sekolah, di kantor dimana saja dia bisa hidup. Sementara gereja organisasi memerlukan tempat khusus untuk hidup, harus memiliki gedung gereja oraganisasi, perngkat gereja dan segala macam yang mungkin tidak bisa dimana saja dia hidup, harus melalui birokrasi-birokrasi yang sangat rumit. Selain itu sebuah komuitas kecil ini mampu menyusup di berbagai lapis kehidupan untuk melakukan visi dan misinya, bahkan hanya dengan 2 orang, visi dan misi gereja itu bisa berjalan. Seperti ada tertulis dalam Matius 18:20,”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." .

Gereja bisa hidup dengan hanya ada dua atau tiga orang saja. Kehidupan kominutas yang kecil namun solid seperti ini sangat efektif dalam menjalankan visi dan misi gereja Tuhan, apalagi di jaman seperti sekarang ini dimana terjadi banyak sekali penutupan-penutupan dan pelarangan ibadah di sejumlah gereja organisasi. Inilah Gereja yang mampu meghadapi masa akhir jaman. Bukan saatnya lagi kita mempeributkan masalah organisasi dalam gereja, keanggotaan, denominasi, liturgi, tata ibadah, sebab itu semua akan ditunjukkan pada Tuhan asal kita benar-benar berjalan seturut kehendakNya. Saatnya bagi kita untuk bergerak keluar, menjangkau jiwa-jiwa, mengabarkan kepada mereka yang belum mengenal Yesus Kristus, tentang Kasih KaruniaNya pada kita tentang Keselamatan. Masih banyak lagi kekuatan yang terdapat dalam sebuah komunitas kecil ini, untuk lebih lengkapnya akan ada ulasan khusus mengenai Kelebihan Gereja Rumah bersama dengan ulasan ini.

Shena Re Kenihu

(dari berbagai sumber)

GEREJA : Perusahaan atau Keluarga ?

GEREJA : SEPERTI SEBUAH KELUARGA ATAU
SEPERTI SEBUAH PERUSAHAAN?


"Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran". (1 Timotius 3:15).
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah". (Efesus 2:19).

Firman Tuhan dengan jelas menyebutkan bahwa gaya hidup jemaat adalah gaya hidup sebuah keluarga. Gambaran gaya hidup gereja sebagai sebuah keluarga juga didemonstrasikan dengan jelas oleh jemaat mula-mula yang saling membagikan hidup mereka dalam kelompok-kelompok kecil dari rumah ke rumah. (Kisah 2:46 b). Persekutuan keluarga yang dengan akrab membaur satu sama lain terjadi tanpa harus mempunyai struktur pengorganisasian yang resmi. Dalam banyak kebudayaan, 20 adalah jumlah maksimal anggota kelompok dimana orang masih merasa “keluarga”, informal dan spontan. Melewati angka 20 maka kelompok akan berhenti sebagai organisme, mulai menjadi formal bahkan mulai menetapkan dan mengikuti sebuah agenda terorganisir. Selanjutnya efektifitas dalam hubungan dan komunikasi yang saling menguntungkan mulai menurun.
Para ahli sejarah Kristen setuju bahwa jumlah orang-orang Kristen di jaman Perjanjian Baru yang mengadakan pertemuan dalam gereja-gereja rumah jumlahnya berkisar antara 15 sampai 20 orang. Ilmu komunikasi modern pun menguatkan hal tersebut dengan rumus jalur komunikasi: (n x n )-n. Sedangkan n= jumlah orang dalam sebuah pertemuan komunitas. Menurut rumus tersebut jumlah “n” maksimal adalah 15 orang. Yang berarti jumlah jalur komunikasinya 210. Menurut penelitian tersebut, maka masuknya orang ke 16 dengan jumlah jalur komunikasi menjadi 240 akan membuat rumit jalur komunikasinya dan mengurangi efektivitas hubungan dan keterlibatan antar anggota kelompok.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga kemanusiaan yang tidak dapat kita pilih. Kita masuk ke dalamnya semata-mata melalui kelahiran. Dan sebagai akibatnya secara sukarela kita terikat bersama dengan sekelompok orang yang berbeda dengan kita (dalam konteks gereja tentu karena adanya satu ikatan yang sama dengan Yesus Kristus). Dalam sebuah lembaga maka status berasal dari prestasi tetapi dalam sebuah keluarga status diperoleh melalui kelahiran. Keluarga adalah satu-satunya lembaga kemanusiaan yang tidak dapat kita pilih. Entah kita berprestasi atau tidak, termasuk anak yang sakit-sakitan atau tidak, yang jelas tidak mungkin ditendang keluar dari keluarga dikarenakan hal tersebut, bahkan seringkali akan menerima lebih banyak perhatian daripada saudara-saudara yang lain. Meskipun beberapa diantara anggota keluarga yang berkumpul di sekitar meja ada yang pintar ada yang bodoh, ada yang jelek wajahnya atau yang menarik, dalam sebuah keluarga perbedaan-perbedaan seperti itu menjadi tidak penting. Betapa luar biasanya konsep dan rahasia hubungan ini! Inilah sebabnya konsep keluarga adalah dasar yang kokoh bagi hubungan-hubungan dalam gereja. Anggota-anggota keluarga akan saling berhubungan dengan baik karena tidak lagi mempermasalahkan perbedaan, tetapi sebaliknya menghargainya.
Nah, betapa menyedihkannya bila melihat gereja-gereja yang dikelola lebih seperti sebuah lembaga bisnis daripada sebuah keluarga. Tidak heran jika hubungan-hubungan yang ada dan dibangun dalam gereja menjadi lebih kepada hubungan organisasi daripada sebuah hubungan organisme yang saling berbagi. Pada gilirannya hubungan menjadi amat rapuh dan tidak bertahan.
Bagaimana dengan kelompok sel? Gereja dengan kelompok sel pun sering terjebak mengelola, mengatur dan mengendalikan (dari “kantor pusat” mereka) “kelompok-kelompok keluarga” tersebut dengan manajeman dan birokrasi yang membunuh kreatifitas sebuah keluarga, menghambat hubungan alamiah yang tercipta, mengurangi keluwesan Roh Kudus yang bekerja dan juga mematikan inspirasi serta visi tiap-tiap keluarga rohani tersebut.
Perlu menjadi pertanyaan kita bersama manakala kita merasa sudah memiliki kelompok keluarga di gereja atau bahkan menamakan komunitas kita sendiri dengan memakai terminologi “keluarga”, apakah benar-benar kehidupan dan atmosfir sebuah keluarga telah terasa? Pada hakekatnya kita “harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup”.Bagaimana hubungan kepemimpinan dalam gereja? Lebih menyerupai hubungan bapak-anak atau hubungan bos dan karyawan?
Jika ciri utama gereja adalah kehidupan keluarga, sudahkah kita benar-benar menjadi gereja? Atau barangkali baru menyerupai gereja? Kita sendiri yang bisa merasakannya.


- CORNELIUS WING -

Shifting Paradigm of Church










PARADIGM SHIFT OF THE CHURCH (Perubahan paradigma Gereja)

  • From meeting centered to life centered. (dari fokus pada pertemuan ke fokus pada kehidupan )
  • From upward growth to outward growth. (dari pertumbuhan ke atas ke pertumbuan keluar )
  • From super organization to simple organism (the opposite of hierarchy/pyramid is anarchy).(dari organisasi besar ke organisasi kecil / keluarga )
  • From bringing people to church to bringing church to people.(dari membawa orang ke gereja ke membawa gereja ke orang )
  • From social respectability to salt and light (they turned the world upside down).(dari kepedulian sosoal ke garam dan terang dunia )
  • From tenth to total in New Testament giving.(dari kesepuluh perintah ke keseluruhan karunia perjanjian baru )
  • From titles to function.(dari jabatan dan gelar ke fungsi )
  • From Independence to interdependence (from wallwide church to the citywide church ... organizational unity to spiritual unity).(dari kebebasan yang saling lepas ke saling tergantung )
  • From presbytery without the people to presbytery with the people (Acts 15:22).(dari majelis tanpa jemaat ke majelis dengan jemaat )
  • From building centered leaders to people centered leaders.(dari terpusat pada gedung ke terpusat pada jemaat dan komunitas )
  • From performance by professionals to "everyone of you"(1 Chor 14:26).(dari pelaksanaan oleh para profesional gereja ke setiap kita )
  • From pastor only to fivefold ministries(all the gifts God gave).(dari hanya pendeta saja ke pelayanan 5 jawatan/ semua yang diberikan Tuhan -- nabi, gembala, rasul ,penginjil, pengajar)
  • From church houses to house churches.(dari rumah gereja ke gereja rumah )
  • From self to God.(dari diri sendiri ke Tuhan )
  • From inreach to outreach.(dari penjangkauan ke dalam ke penjangkauan ke luar )
  • From events to relationship.(dari acara-acara ke hubungan )
  • From ministers to equippers.(dari pelayan ke pelengkap )
  • From consumers to contributors.(dari pemakai ke pemberi )
  • From a church mentality to a kingdom mentality.(dari mentalitas organisasi gereja ke mentalitas kerajaan Surga )
  • From living in the past to enganging with the present.(dari kehidupan yang lama ke kehidupan yang sekarang yang sangat menantang )
  • From market-driven to mission-oriented. (dari digerakkan oleh pasar ke orientasi pada misi )
  • From bureaucratic hierarchies to apostolic networks.(dari hirarki perusahaan ke jaringan kerasulan )
  • From schooling professionals to mentoring leaders.(dari menyekolahkan profesional gereja ke me-mentor-kan pemimpin )
  • From following celebrities to encountering saints.(dari mengikuti selebriti-selebriti ke pertemuan orang-orang kudus )
  • From dead orthodoxy to living faith.(dari sifat kekolotan yang mati ke kehidupan iman)
  • From attracting a crowd to seeking the lost.(dari menarik keramaian ke mencari yang terhilang )
  • From belonging to believing.(dari pemilikan ke percaya )
  • From generic congregations to incarnational communities.(dari persekutuan umum ke peng-inkarnasian komunitas )
  • From christianity to Christ (not a philosophy, a movement, or a religion, but JESUS).(dari filsafat, agama, dan gerekan Kristen ke YESUS sebagai pribadi untuk semua )
  • From special priesthood to priesthood of all believers (called to sacrifice and intercede).(dari pendeta khusus menjadi pendeta semua orang percaya, dipanggil untuk berkorban )
  • From worshipping our worship to worshipping Jesus (worship is more than singing song).(dari menyanyikan pujian ke memuji Tuhan)
  • From symbolism to substance in the Lord is supper (take it often).(dari symbolis ke hakekat dalam makan bersama )
  • From denomination to spirit-led networks (association of home churches).(dari denominasi ke jaringan spiritual )
  • From program based church to home based church (liturgical,evangelical,informal).(dari gereja berbasis program ke gereja berbasis keluarga )
  • From the seminary system to the apprentice system.(dari sistem seminary ke sistem pemuridan / bekerja sambil belajar )
  • From selective submission to spiritual recognition (submit to God-ordained authority).(dari ketaatan pada sesuatu yang telah dipilih-pilih ke ketaatan pada otoritas Tuhan )
  • From paper membership to Body membership (we are members of one another).(dari keanggotaan di atas kertas ke keanggotaan tubuh )
  • From the wheel to the vine (releasing teams to plant simple churches in homes).(dari mengutus tim ke menumbuhkan gereja yang sederhana di keluarga/ rumah )
  • From organizational unity to spiritual unity (there is only one step to unity).(dari persatuan organisasi ke persatuan spiritual )
  • From "us and them" to "us" (refuse to allow a divisive spirit to enter your fellowship).(dari kita dan mereka ke kita -- menolak spirit pemecah belah untuk memasuki persahabatan dan keakraban )
  • From planned church only to spontaneous church also (recognize ecclesia).(dari perencanaan oleh gereja saja ke spontanitas gereja )
Tulisan ini diambil dari www.corneliuswing.com
(Sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia - jika ada kesalahan, mohon dikoreksi )