Februari 20, 2008

GEREJA : Perusahaan atau Keluarga ?

GEREJA : SEPERTI SEBUAH KELUARGA ATAU
SEPERTI SEBUAH PERUSAHAAN?


"Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran". (1 Timotius 3:15).
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah". (Efesus 2:19).

Firman Tuhan dengan jelas menyebutkan bahwa gaya hidup jemaat adalah gaya hidup sebuah keluarga. Gambaran gaya hidup gereja sebagai sebuah keluarga juga didemonstrasikan dengan jelas oleh jemaat mula-mula yang saling membagikan hidup mereka dalam kelompok-kelompok kecil dari rumah ke rumah. (Kisah 2:46 b). Persekutuan keluarga yang dengan akrab membaur satu sama lain terjadi tanpa harus mempunyai struktur pengorganisasian yang resmi. Dalam banyak kebudayaan, 20 adalah jumlah maksimal anggota kelompok dimana orang masih merasa “keluarga”, informal dan spontan. Melewati angka 20 maka kelompok akan berhenti sebagai organisme, mulai menjadi formal bahkan mulai menetapkan dan mengikuti sebuah agenda terorganisir. Selanjutnya efektifitas dalam hubungan dan komunikasi yang saling menguntungkan mulai menurun.
Para ahli sejarah Kristen setuju bahwa jumlah orang-orang Kristen di jaman Perjanjian Baru yang mengadakan pertemuan dalam gereja-gereja rumah jumlahnya berkisar antara 15 sampai 20 orang. Ilmu komunikasi modern pun menguatkan hal tersebut dengan rumus jalur komunikasi: (n x n )-n. Sedangkan n= jumlah orang dalam sebuah pertemuan komunitas. Menurut rumus tersebut jumlah “n” maksimal adalah 15 orang. Yang berarti jumlah jalur komunikasinya 210. Menurut penelitian tersebut, maka masuknya orang ke 16 dengan jumlah jalur komunikasi menjadi 240 akan membuat rumit jalur komunikasinya dan mengurangi efektivitas hubungan dan keterlibatan antar anggota kelompok.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga kemanusiaan yang tidak dapat kita pilih. Kita masuk ke dalamnya semata-mata melalui kelahiran. Dan sebagai akibatnya secara sukarela kita terikat bersama dengan sekelompok orang yang berbeda dengan kita (dalam konteks gereja tentu karena adanya satu ikatan yang sama dengan Yesus Kristus). Dalam sebuah lembaga maka status berasal dari prestasi tetapi dalam sebuah keluarga status diperoleh melalui kelahiran. Keluarga adalah satu-satunya lembaga kemanusiaan yang tidak dapat kita pilih. Entah kita berprestasi atau tidak, termasuk anak yang sakit-sakitan atau tidak, yang jelas tidak mungkin ditendang keluar dari keluarga dikarenakan hal tersebut, bahkan seringkali akan menerima lebih banyak perhatian daripada saudara-saudara yang lain. Meskipun beberapa diantara anggota keluarga yang berkumpul di sekitar meja ada yang pintar ada yang bodoh, ada yang jelek wajahnya atau yang menarik, dalam sebuah keluarga perbedaan-perbedaan seperti itu menjadi tidak penting. Betapa luar biasanya konsep dan rahasia hubungan ini! Inilah sebabnya konsep keluarga adalah dasar yang kokoh bagi hubungan-hubungan dalam gereja. Anggota-anggota keluarga akan saling berhubungan dengan baik karena tidak lagi mempermasalahkan perbedaan, tetapi sebaliknya menghargainya.
Nah, betapa menyedihkannya bila melihat gereja-gereja yang dikelola lebih seperti sebuah lembaga bisnis daripada sebuah keluarga. Tidak heran jika hubungan-hubungan yang ada dan dibangun dalam gereja menjadi lebih kepada hubungan organisasi daripada sebuah hubungan organisme yang saling berbagi. Pada gilirannya hubungan menjadi amat rapuh dan tidak bertahan.
Bagaimana dengan kelompok sel? Gereja dengan kelompok sel pun sering terjebak mengelola, mengatur dan mengendalikan (dari “kantor pusat” mereka) “kelompok-kelompok keluarga” tersebut dengan manajeman dan birokrasi yang membunuh kreatifitas sebuah keluarga, menghambat hubungan alamiah yang tercipta, mengurangi keluwesan Roh Kudus yang bekerja dan juga mematikan inspirasi serta visi tiap-tiap keluarga rohani tersebut.
Perlu menjadi pertanyaan kita bersama manakala kita merasa sudah memiliki kelompok keluarga di gereja atau bahkan menamakan komunitas kita sendiri dengan memakai terminologi “keluarga”, apakah benar-benar kehidupan dan atmosfir sebuah keluarga telah terasa? Pada hakekatnya kita “harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup”.Bagaimana hubungan kepemimpinan dalam gereja? Lebih menyerupai hubungan bapak-anak atau hubungan bos dan karyawan?
Jika ciri utama gereja adalah kehidupan keluarga, sudahkah kita benar-benar menjadi gereja? Atau barangkali baru menyerupai gereja? Kita sendiri yang bisa merasakannya.


- CORNELIUS WING -

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Best bets for soccer today - Sports Toto
Today, we're going to tell https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ you worrione a few 토토 사이트 모음 key to checking into soccer betting apps. of microtouch solo titanium the most popular soccer betting options septcasino.com and which ones will