Juni 26, 2008

Adat Istiadat VS Firman Tuhan

Sudah beberapa waktu ini saya absen untuk 'mencurahkan' beberapa hal yang ada di benak saya di dalam Blog ini. Dan mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk kembali menuangkannya, dan membagikannya kepada pembaca sekalian.

Terus terang, hati dan pikiran saya sudah penat sekali, penat dengan beberapa masalah yang tengah saya hadapi, untuk itu perlu adanya 'pelampiasan', agar semuanya keluar, dan saya bisa kembali lega.

Masih ada hubungannya dengan judul yang saya buat di atas, kepenatan itu muncul karena sebuah peperangan yang berlangsung antara Kubu Adat dengan Kubu Firman Tuhan, dimana keduanya sedang menunjukkan eksistensi kekuatannya di hadapan saya, termasuk dalam kehidupan yang saya jalani.

Jika anda membaca sekilas tentang profil saya, mungkin anda dapat menggambarkan bagaimana posisi saya. Ya! Saya adalah seorang pendatang. Saya anak rantau. Dan itu artinya, saya tidak sedang berada di tanah kelahiran saya. Artinya saya saat ini menghadapi sebuah dunia yang baru, adat, budaya, bahasa, pemikiran, gereja, dan banyak hal yang baru lainnya.

Bukan hal yang mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Mungkin kisah tentang perantauan saya ini bisa dibuatkan sebuah buku (dan saya terpikir untuk itu), karena memang begitu banyak hal yang terjadi. Ada yang mendebarkan, menakutkan, menyenangkan, menggelikan, menyedihkan, dan ekspresi-ekspresi lainnya untuk menggambarkannya. Dan jujur saja, saya belum sepenuhnya berdamai dengan lingkungan yang ada, saya belum dapat masuk 100 % dalam budaya dan adat istiadat itu sepenuhnya. Karena selain begitu kompleksnya adat yang baru ini, juga karena dalam diri saya masih mengalir darah budaya saya yang asli, dari tanah kelahiran saya.

Namun itu tidak menjadi masalah bagi saya. Saya suka dengan hal yang baru, dan saya suka mempelajarinya. Karena itu akan memperkaya wawasan saya, terutama mengenal watak dan karakter oranglain dengan latarbelakang budaya dan adat yang berbeda.

Yang menjadi masalah adalah ketika saya mempelajari adat istiadat tersebut, ada beberapa hal yang menurut saya tidak lagi sesuai dengan apa kata Tuhan dalam Alkitab. Dalam hal ini, saya menggunakan Firman Tuhan sebagai referensi kebenaran Kristen untuk membandingkannya.

Dan tidak hanya itu, kadang sangat jelas, bahwa sebagian adat istiadat memang terang-terangan bertentangan dengan Firman Tuhan, namun sebagian besar orang yang memiliki adat tersebut masih memakainya, padahal orang tersebut mengaku bahwa dirinya adalah Pengikut Kristus (Kristen). Saya tidak perlu menyebutkan detail contoh nyatanya, karena bukan itu yang esensi dari apa yang saya maksudkan dalam Postingan ini.

Intinya adalah, bagaimana kita menempatkan adat istiadat terhadap Firman Tuhan yang telah kita dengar?

Jika memang kita mengaku Kristen, seharusnya Kehendak dan Perintah Tuhan yang tertulis dalam Alkitab menjadi yang terutama. Firman Tuhan seharusnya menjadi pedoman kehidupan di atas pedoman-pedoman yang lain. Namun dalam prakteknya, ternyata justru Adat istiadat menguasai segala sisi kehidupan. Jika adat itu memang sesuai dengan apa kata Firman Tuhan, tidak menjadi masalah, tapi jika bertentangan, maka akan menjadi sebuah masalah.

Saya mempelajari adat istiadat yang baru ini dari berbagai sisi. Bahasa, Tata tertib upacara adat, pedoman tingkah laku, silsilah dan hubungan keluarga, sampai filsafat dan pemikiran-pemikiran orang-orang yang menggunakan adat itu. Dan begitu banyak yang harus dipelajari, dan semuanya membutuhkan usaha dan kerja keras, dengan harapan saya dapat berdamai dengan adat yang ada. Dan saya bisa 'feels like home'.

Namun setelah sekian lama saya mempelajarinya, ada beberapa sisi yang benar-benar bertentangan dengan budaya, pemikiran, hati nurani saya dan terlebih dengan Firman Tuhan. Dan tentu saja saya tidak berniat untuk mengikutinya. Keputusan saya ini berujung pada resiko yang akan saya hadapi, saya tidak akan bisa diterima 100% di adat dan budaya itu. Saya akan tetap dicap sebagai 'orang luar' atau 'tamu'.

Dan saya menjadi mengerti mengapa sebagian orang tetap mempertahankan adat istiadatnya yang sebenarnya tidak lagi sesuai dengan Hukum Tuhan. Ya, jawabannya adalah, agar mereka dapat diterima 100% menjadi orang 'anu'. Kita tahu 'Penerimaan' adalah kebutuhan pokok manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam Alkitab pun diceritakan hal yang sama, seperti kisah orang-orang Israel yang dibuang di Babel, mereka tetap mengandalkan adat yang telah mereka anut, dan melupakan Tuhan.

II Raja-raja 17 : 38 - 41, "Janganlah kamu melupakan perjanjian yang telah Kuadakan dengan kamu dan janganlah kamu berbakti kepada allah lain, melainkan kepada TUHAN, Allahmu, kamu harus berbakti, maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan semua musuhmu." Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka berbuat sesuai dengan adat mereka yang dahulu. Demikianlah bangsa-bangsa ini berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah juga kepada patung-patung mereka; baik anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka melakukan seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka, sampai hari ini."

Dan apa yang terjadi? Tuhan marah atas semuanya itu.

Tuhan Yesus sendiri mengecam orang Farisi dan Ahli Taurat, yang lebih mengutamakan adat istiadat nenek moyang daripada Firman Tuhan. Matius 15 :1-9, " Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."

Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.

Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya.

Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.

Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Tuhan Yesus sangat keras dalam hal ini, mengingat adat istiadat mereka sudah melekat kuat, sehingga Firman Tuhan pun ikut terabaikan.

Dan inilah yang sedang saya alami dan saya saksikan. Saya sedang melihat sebuah permasalahan, dimana adat sangat diutamakan. Namun justru hal itu membuat Kasih yang murni dalam Kekeluargaan menjadi luntur, dan sangat beresiko terjadinya perpecahan. Bahkan orang/ individu yang sedang bermasalah ini sudah merasa bahwa ia bukan lagi bagian dari keluarganya. Mengapa? karena dia tidak mau mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya.

Tentu hal ini sangat berat bagi orang itu. Saya sebagai pihak yang memperhatikan dan tidak secara langsung terlibat dengan persoalan itupun merasa sangat prihatin. Keluarga sendiri, darah dagingnya sendiri, menolaknya hanya karena sebuah adat istiadat yang tidak sesuai lagi dengan Kasih yang diajarkan Tuhan. Sedemikian parah kah itu?

Ya! saya sangat penat, berada di situasi ini. Dikelilingi oleh aturan2 manusia, yang seolah baik namun justru mengikat dan menghalangi Kasih Kristus yang bekerja. Semakin dia melekat kuat dengan adat, justru semakin bengis. Manusia itu sangat mudah melontarkan dakwaan-dakwaan, dan menjahtuhkan orang yang melanggar adatnya, tidak peduli dia itu saudara atau bukan.

Sungguh mengerikan. Namun ini benar-benar terjadi. Dan saya saat ini sedang menyaksikan secara langsung, dimana seorang anggota keluarga dipojokkan habis-habisan karena dia melanggar adat istiadat yang berlaku, sementara dia tidak melakukan yang buruk, sehingga pantas untuk dijatuhi hukuman atau tuduhan2 yang benar-benar diluar Kasih Kristus. Dia hanya melakukan kesalahan kecil. Ya mungkin, kesalahan kecil itulah yang memicu sebuah ketakutan yang berlebihan keluarga besarnya akan dilecehkan atau menjadi omongan orang. Yang jelas, tidaklah sebanding dengan apa yang dilakukannya. Perlakuan semacam itu bukanlah perlakuan orang yang mengenal Kristus, meskipun dia mengaku bahwa dia adalah PengikutNya.

Saya juga melihat beberapa hal lain yang kurang 'pas', yang jelas, adat istiadat sudah berkuasa atas Firman Tuhan, bukan sebaliknya.

Jadi demikianlah menjadi sebuah pertanyaan untuk kita semua, dimanakah kita menempatkan adat istiadat yang kita miliki setelah pengenalan kita kepada Kristus?


Sudah sedikit melegakan....

Shena Re Kenihu